Selasa, 17 April 2012

Sejarah Perkembangan Tafsir Pada Masa Sahabat

PEMBAHASAN
Sepertimana yang kita ketahui bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat maka para sahabat adalah penerus perjuangan agama Islam. Para sahabat memiliki ilmu serta kemampuan yang berbeda satu sama lain yang menyebabkan perbedaan pemahaman dan penafsiran mereka terhadap al-Quran. Jika pada generasi sahabat saja begitu, maka perbedaan penafsiran generasi-generasi setelahnya pasti lebih banyak. Dengan itu merupakan lumrah manusia yang menunjukkan bahwa derajat ilmu seseorang itu sangat mempengaruhinya bagi hasil pemahaman dan penafsirannya khususnya. Pada masa sahabat terdapat sepuluh orang sahabat yang termasyhur dalam bidang tafsir yaitu :
1.      Abu Bakr al-Ṣiddiq,
2.      Umar ibn Khattab,
3.      Uthman ibn Affan,
4.      Ali ibn Abu Ṭalib,
5.      Ibn Mas’ud,
6.      Ibn Abbas,
7.      Ubay ibn Ka’ab,
8.      Zayd ibn Thabit,
9.      Abu Musa al-‘Asy’ari,
10.  Abdullah ibn al-Zubayr.

METODE YANG DI GUNAKAN PADA MASA SAHABAT
  1.   Menafsirkan al-Quran dengan al-Quran.
  2.  Menafsirkan al-Quran dengan Sunnah Rasulullah.
  3.  Menafsirkan al-Quran berdasarkan pemahaman dan ijtihad mereka serta kekuatan istimbath.
  4.  Menafsirkan al-Quran berdasarkan kesaksian mereka ketika ayat al-Quran diturunkan serta asbabun nuzul.
  5. Dengan kemampuan bahasa, adat apa yang mereka dengar dari Ahli kitab (Yahudi dan Nasroni) yang masuk Islam dan telah bagus keislamannya.
KEISTIMEWAAN-KEISTIMEWAAN PENAFSIRAN PADA MASA SAHABAT
  1. Pada masa ini al-Quran tidak ditafsirkan secara keseluruhan, tapi hanya sebagian saja dan yang dianggap sukar pengertiannya, sehingga penafsiran itu berkembang sedikit demi sedikit berdasarkan pada masalah yang ada.
  2. Tidak banyak perbedaan di antara mereka di dalam memahami makna-makna al-Quran.
  3. Para sahabat banyak yang mencukupkan penafsirannya secara ijmali yakni secara global.
Di sini dapat di tegaskan bahwa pada masa ini tafsir masih belum dikodifikasikan, hal ini disebabkan karena masih belum mengambil bentuknya yang teratur dan belun lagi menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Setelah itu pada abad ke-2 hijrah baru ada penkodifikasi tafsir.i sendiri.

Tidak ada komentar: